Senin, 28 Desember 2015

Nikmatnya Kapurung Kepiting Bakau

Kapurung Kepiting

Yang paling berkesan tentang masakan kapurung kepiting ini adalah ketika saya masih tinggal di Lakawali sekitar 30 tahun yang lalu.  Hasil tangkapan kepiting terbilang melimpah karena jumlah penduduk Lakawali Pantai waktu itu mungkin hanya sekitar 10 KK, sedangkan yang berprofesi sebagai penangkap kepiting hanya ayah saya seorang.  Penduduk lainnya yang kebanyakan beretnis Padoe bekerja sebagai petani baik petani tanaman seperti padi maupun petani tambak.   Jika ayah mulai menelurusuri pantai bakau sekitar jam 06.00 pagi, maka pada siang hari sebelum sholat zhuhur beliau sudah pulang membawa hasil tangkapan sekitar 1 balasse.  Ukuran balasse kurang lebih sama dengan karung beras ukuran 40 kg.  Saya yang ditugaskan untuk mengambil hasil tangkapannya itu yang diletakkan begitu saja di pinggir pantai tempat perahunya berlabuh.


Jalan Trans Sulawesi

Hasil tangkapan kepiting bakau ini sebagaian besar dijual baik dijual secara eceran maupun dijual secara grosiran.  Jika dijual secara grosiran maka yang membeli adalah Pakna Tang, seorang petani kakao yang tinggal di kebunnya sekitar 1 km dari rumah.  Sedangkan jika dijual secara eceran, maka saya sendiri yang menjualnya ke pasar di daerah Soroako.  Hasil penjualan secara eceran ini memberi keuntungan yang lebih besar ketimbang penjualan secara grosiran.  Bahkan saya pun mendapat limpahan keuntungan dari berjualan kepiting secara langsung ini.

Itu tadi kenikmatin yang diperoleh dari hasil penjualan kepiting.  Keuntungan yang juga tak tertandingi adalah jika kepiting itu direbus lalu kemudian air rebusan menjadi campuran kapurung maka lengkap sudah.  Masakan seperti ini kami sebagai Kapurung Kepiting.  Namun sayang sekali karena seperti apa sajian kapurung kepiting belum dapat saya tampilkan kali ini.  Namun coba kita bayangkan saja kira-kiran seperti apa sajian kapurung kepting ini.

Artikel terkait baca : Cara Membuat Kapurung

Penjelasan Tentang Lokasi Pembuatan Kapurung Kepiting

Jika sebelumnya saya sudah cerita banyak tentang kapurung kepiting, maka kali ini saya akan member sedikit penjelasan tentang di mana keberadaan Lakawali itu.  Apakah masih berada di Wilayah Indonesia atau sudah berada di Luar Negeri.  Jawabnya adalah berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Lakawali adalah sebuah dusun yang waktu itu hanya didiami oleh kurang lebih 10 KK yang sebagian besar penduduknya beretnis Padoe.  Semua penduduk beragama Islam.  Namun dengan adanya program transmigrasi, maka Lakawali seketika menjadi dusun yang berpenduduk banyak.  Penduduk transmigran berasal dari Pulau Jawa dan ada pula yang berasal dari Pulau Bali.  Penduduk transmigran ini berlokasi di sebelah Barat Lakawali Pantai tepat dekat dengan jalan Trans Sulawesi.  Lakawali masuk dalam wilayah Luwu Timur yang beribu kota Malili.  Soroako yang disebutkan di atas juga berada dalam wilayah Luwu Timur yang jaraknya kurang lebih 80 km dari Malili.  Perjalanan dari Malili ke Soroako dapat di tempuh dalam waktu 1 jam dengan angkutan darat.


Demikian cerita singkat tentang kisah kapurung kepiting semaga dapat menambah informasi tentang salah satu makanan khas Luwu yaitu kapurung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar